Kelompok 6 : Putri ayu zamaniyah (14403282)
Yulia dwi puntiani (144032)
Andriyanti agustina (14403360)
Manajemen V
(lima) B pagi
BAB 6 MANAJEMEN PIUTANG DAN PERSEDIAAN
Piutang dan persediaan merupakan
komponen modal kerja yang terkait langsung dengan kegiatan operasi perusahaan.
Piutang timbul jika perusahaan menjual barang secara kredit. Kebijakan
penjualan secara kredit dilakukan perusahaan dengan maksud untuk meningkatkan
penjualan. Peningkatan penjualan perlu didukung dengan peningkatan jumlah
persediaan. Peningkatan investasi pada piutang dan persediaan di satu pihak
diharapkan meningkatkan penjualan dan laba, namun di pihak lain hal ini akan
mengakibatkan peningkatan biaya yang timbul terkait dengan piutang dan
persediaan.
Setelah mempelajari bab ini
mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan:
·
Alasan mengapa perusahaan menjual barang
secara kredit
·
Kebijakan penjualan secara kredit
·
Syarat penjualan secara kredit
·
Analisis kebijakan kredit
·
Kebijakan pengumpulan piutang
·
Manajemen persediaan dan biaya yang
relevan dalam manajemen persediaan
·
Model economic order quantity dalam menentukan persediaan yang optimal
KREDIT DAN PIUTANG
Ketika perusahaan menjual barang
atau jasa, perusahaan dapat melakukannya, secara tunai atau kredit. Jika
penjualan dilakukan secara tunai, maka pada saat dilakukan penjualan perusahaan
juga menerima kas, sebaliknya jika penjualan dilakukan secara kredit, maka
perusahaan baru menerima kas beberapa waktu kemudian setelah dilakukan
penjualan, sesuai dengan jangka waktu kredit yang disepakati. Dengan demikian
penjualan secara kredit akan menimbulkan adanya piutang. Piutang yang dimaksud
dalam hal ini adalah piutang dagang.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan
melakukan penjualan secara kredit, yaitu: untuk meningkatkan penjualan,
perusahaan memiliki kapasitas produksi yang menganggur, dan karena alasan
persaingan. Penjualan secara kredit menimbulkan biaya dan manfaat bagi
perusahaan. Biaya yang timbul akibat dari penjualan kredit ada yang bersifat
langsung seperti biaya penagihan piutang dan biaya tidak langsung berupa opportunity cost dari dana yang terkait
dalam piutang, serta adanya kerugian akibat adanya piutang yang tidak tertagih.
Sementara itu manfaat yang diperoleh perusahaan dari penjualan secara kredit
adalah berupa peningkatan volume penjualan yang selanjutnya akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan laba.
Komponen kebijakan kredit
Jika perusahaan memutuskan untuk
memberikan kredit kepada pelanggannya, mak perusahaan harus menentukan prosedur
untuk memperoleh kredit dan pelunasannya, yang dituangkan dalam kebijakan
kredit, yang meliputi:
a.
syarat
penjualan
syarat penjualan
menentukan bagaimana perusahaan menjual barang atau jasanya, apakah
dilakukan secara tunai atau kredit. Jika dilakukan secara kredit, maka syarat penjualan harus menentukan secar
spesifik mengenai jangka waktu kredit, potongan tunai dan periode potongan,
serta jenis kredit.
b.
Analisis
kredit
Dalam pemberian
kredit, perusahaan menentukan berapa banyak upaya yang dilakukan untuk dapat
membedakan antara pelanggan yang akan membayar dan pelanggan yang tidak
membayar. Aspek yang dianalisis biasanya didasarkan pada five C’s of credit, yaitu character, capacity, capital, collateral, dan
condition.
c.
Kebijakan
penagihan piutang
Setelah kredit
diberikan, perusahaan mempunyai masalah yang potensial dalam pengumpulan kas,
untuk itu perusahaan harus menentukan kebijakan penagihan piutang.
Investasi dalam piutang
Investasi dalam piutang bagi
suatu perusahaan tergantung pada jumlah penjualan kredit dan rata-rata periode
pengumpulan piutang (average collection
period atau ACP). Sebagai contoh, jika ACP
perusahaan adalah 30 hari, dan penjualan secara kredit Rp 1.000.000 per hari,
maka piutang perusahaan adalah: 30 x account
receivable = average daily sales x ACP
SYARAT PENJUALAN SECARA KREDIT
Sebagaimana telah dikemukakan
syarat penjualan mencakup tiga unsur yang berbeda, yaitu: jangka waktu kredit,
potongan tunai dan periode potongan, serta jenis kredit. Dalam satu industri,
syarat penjualan biasanya standar, tetapi syarat penjualan dapat sangat berbeda
antar industri yang berbeda.
Sebagai contoh, syarat penjualan adalah:
2/10, net 60. Hal ini berarti pelanggan mempunyai jangka waktu 60 hari sejak
tanggal transaksi dilakukan untuk melunasi semua utangnya, akan tetapi jika
pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari, maka pelanggan dapat potongan tunai
sebesar 2% . misalkan pelanggan membeli barang senilai Rp 1.000.000, dan angap
syarat penjualan 2/10, net 60. Pelangan mempunyai pilihan untuk membayar dalam
10 hari sebesar: Rp 1.000.000 x (1- 0,02) = Rp 980.000 atau membayar Rp
1.000.000 dalam waktu 60 hari.
Jangka waktu kredit
Jangka waktu kredit adalah
lamanya waktu saat penjualan dilakukan sampai dengan pelanggan harus melunasi
semua utangnya. Jangka waktu kredit sangat bervariasi antar industri, tetapi
biasanya antara 30 hari sampai dengan 120 hari. Tanggal nota (invoice) merupakan awal periode kredit,
biasanya merupakan tanggal saat barang dikirim bukan merupakan tanggal saat
barang diterima pembeli.
Seasonal
dating, kadang-kadang dipakai untuk mendorong penjualan barang-barang
musiman ketika tidak musimnya. Dalam hal ini barang dikirim lebih dahulu,
tetapin invoice ditanggali kemudian, misalnya barang dikirim januari, dengan
syarat 2/10, net 30, envoice baru
ditanggali 1 Mei saat mulainya jangka waktu kredit. Cara ini dapat mendorong
pelanggan memesan barang lebih awal.
Terdapat beberapa faktor yang
memengaruhi lamanya jangka waktu kredit, sua diantaranya yang penting adalah
jangka waktu persediaan dan jangka waktu piutang. Jangka waktu persediaan
perusahaan pembeli adalah waktu saat pembeli mengadakan persediaan, memproses,
dan kemudian menjualnya. Dengan memperpanjang jangka waktu kredit berarti
perusahaan penjual membiayai sebagian dari siklus operasi perusahaan pembeli,
sehingga memperpendek siklus kas perusahaan pembeli.
Di samping dua faktor tersebut, terdapat
beberapa faktor lain yang memengaruhi jangka waktu kredit, yaitu:
a.
jenis barang yang dihasilkan atau
dijual. Untuk barang-barang yang tidak tahan lama atau harus sampai di konsumen dalam keadaan segar
seperti makanan, jangka waktu kreditnya biasanya lebih pendek dibandingkan
dengan barang yang tahan lama
b.
permintaan konsumen. Barang-barang yang
sudah dikenal baik oleh konsumen biasanya perputarannya cepat dan jangka waktu
kreditnya lebih pendek dibandingkan dengan barang baru yang perputarannya lambat
sehingga jangka waktu kreditnya lebih lama.
c.
Biaya, profitabilitas dan standarisasi.
Semakin murah barang semakin pendek jangka waktu kredit. Demikian juga semakin
rendah profitabilitas dan semakin terstandarisasi suatu barang semakin pendek
jangka waktu kreditnya.
d.
Risiko kredit. Semakin besar risiko
kredit dari pembeli semakin pendek jangka waktu kredit.
e.
Besarnya transaksi. Semakin kecil jumlah
transaksi semakin pendek jangka waktu kreditnya semakin panjang, dan
sebaliknya.
f.
Persaingan. Semakin ketak persaingan
pasar yang dihadapi penjual, jangka waktu kreditnya semakin panjang, dan
sebaliknya.
g.
Jenis pelanggan. Penjual dapat
menawarkan jangka waktu kredit yang berbeda untuk pembeli yang berbeda.
Potongan tunai
Potongan tunai merupakan bagian
dari syarat penjualan yang diberikan kepada pelanggan yang membayar dalam
periode potongan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong pelanggan membayar lebih
cepat dari jangka waktu kredit. Potongan tunai akan mempunyai dampak pada
berkurangnya jumlah piutang di satu sisi dan perusahaan harus
membandingkannyadengan besarnya biaya potongan di sisi yang lain.
Untuk memahami mengapa potongan tunai
itu penting bagi pembeli? berkut ini akan dibahas contoh dengan syarat
penjualan 2/10, net 30,. Apakah potongnan 2% tersebut menarikbagi pembeli untuk
membayar lebih cepat? Anggap pembeli membeli barang senilai Rp 1.000.000.
pembeli dapat membayar Rp 980.000 dalam jangka waktu 10 hari atau menunggu 20
hari dan membayar Rp 1.000.000. hal ini jelas berarti pembeli meminjam
Rp980.000 selama 20 hari dan membiayai bunga Rp 20.000. dengan bunga Rp 20.000
atas pinjaman Rp 980.000 berarti suku bunga pinjaman tersebut adalah:
20.000/980.000=2,0408%, tampaknya cukup rendah, tetapi harus diingat suku bunga tersebut untuk jangka waktu 20 hari
ada 365/20 = 18,25 periode dalam satu tahun, jika pembeli tidak mengambil
kesempatan untuk memperoleh potongan tunai, berarti pembeli membayar suku bunga
efektif tahunan (effective annual rate
atau EAR) sebesar
EAR = (1 + 0,020408)18,25 – 1 =
44,6%
Dari sudut pandang pembeli hal
ini merupakan sumber dana yang sangat mahal.
Potongan tunai dan ACP
Pemberian potongan tunai akan
mendorong pelanggan membayar lebih cepat, hal ini akan memperpendek jangka
waktu piutang dan jika faktor lainnya tetap, maka akan mengurangi investasi
dalam piutang.
Sebagai contoh, angap sekarang
perusahaan mempunyai syarat penjualan net 30 dan ACP selama 30 hari. Jika perusahaan menawarkan syarat penjualan
2/10, net 30, dan sebanyak 50% pelanggan (atas volume pembelian) memanfaatkan
kesempatan memperoleh potongan dan membayar dalam waktu 10 hari, sedangkan
sisanya membayar dalam waktu 30 hari. Berapa ACP setelah perubahan kebijakan
kredit tersebut ? jika penjualan perusahaan sebanyak Rp 15 juta setiap tahun
(sebelum potongan), berapa pengurangan investasi dalam piutang ?
Jika dianggap 50% pelanggan membayar
dalam waktu 10 hari, dan sisanya membayar dalam waktu 30 hari, maka ACP yang
baru adalah:
ACP baru = 0,05 x 10 hari + 0,05
x 30 hari = 20 hari
Dengan demikian ACP mengalami penurunan
dari 30 hari menjadi 20 hari. Rata-rata penjualan per hari adalah Rp 15 juta/365
= Rp41.096. piutang akan berkurang sebesar Rp41.096 x 10 = Rp410.960.
Jenis kredit
Kebanyakan kredit dagang yang
ditawarkan merupakan open account. Hal ini berarti bukti formal kredit adalah
berupa nvoice yang dikirim bersamaan dengan pengiriman barang dan
ditandatangani pembeli sebagai bukti barang telah diterima. Setelah itu penjual
dan pembeli mencatat di masing-masing rekeningnya.
Perusahaan dapat meminta pelanggan untuk
menandatangani promissory note, yang
biasanya digunakan untuk nilai transaksi yang besar, dan tidak ada potongan
tunai yang ditawarkan, atau ketika perusahaan memperkirakan akan terjadi
masalah dalam pelunasan. Salah satu permasalahan dalam promissory note adalah, penandatanganan dilakukan setelah barang
dikirim. Salah satu cara untuk mendapatkan komitmen kredit dari pelanggan
sebelum barang dikirim adalah dengan commerical
draft. Perusahaan dapat menarik commercial
drft yang meminta pelanggan untuk membayar sejumlah tertentu pada tanggal
tertentu. Draft kemudian dikirim
kepada bank pelanggan bersamaan dengan envoice
pengiriman barang.
ANALISIS KEBIJAKAN KREDIT
Lebih lanjut akan dibahas
faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pemberian kredit. Keputusan pemberian
kredit layak dilakukan jika NPV-nya
positif.
Efek kebijakan kredit
Dalam mengevaluasi kebijakan
kredit, ada lima faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1.
Dampak terhadap penjualan (revenue
effects).
Jika
perusahaan memberikan kredit, maka akan terjadi penundaan penerimaan kas karena
pelanggan memperoleh keuntungan dari penawaran kredit. Namun demikian
perusahaan dapat membebankan harga yang lebih tinggi jika perusahaan memberikan
kredit dan pemberian kredit juga dapat meningkatkan jumlah barang yang dijual.
Dengan demikian pemberian kredit diharapkan dapat meningkatkan penjualan.
2.
Dampak terhadap biaya (cost effect).
Walaupun
perusahaan mengalami penundaan penerimaan penjualan jika perusahaan memberikan
kredit, perusahaan tetap segera menanggung biaya atas penjualan. Apakah
perusahaan menjual secara tunai atau kredit, perusahaan tetap harus membeli
atau memproduksi barang yang dijual.
3.
Biaya atas utang.
Ketika
perusahaan memberikan kredit, perusahaan harus merencanakan pembelanjaan atas
piutang yang dihasilkan. Sebagai konsekuensinya, biaya pinjaman jangka pendek
perusahaan merupakan faktor yang penting dipertimbangkan dalam pemberian
kredit.
4.
Kemungkinan tidak membayar
Jika
perusahaan menjual secara kredit ada sebgian dari pembeli kemungkinan tidak
membayar. Hal ini tidak akan terjadi jika perusahaan menjual secara tunai.
5.
Potongan tunai.
Ketika
perusahaan menawarkan potongan tunai sebagai bagian dari syarat kredit,
sejumlah pelanggan akan memilih membayar lebih awal untuk memperoleh potongan.
Mengevaluasi usulan kebjakan
kredit
Untuk memberikan ilustrasi
bagaimana kebijakan kredit, berikut diberikan contoh perusahaan lokus, yang
mengevaluasi permintaan dari sejumlah pelanggan unuk merubah kebijakan kredit
sekarang, menjadi net 30 hari. Untuk menganalisis perlu dijelaskan notasi yang
digunakan sebagai berikut :
P = harga per unit
V = biaya variabel per unit
Q = jumlah unit produk yang
dijual per bulan sekarang
Q1 = jumlah unit
produk yang dijual pada kebijakan baru
R = tingkat keuntungan yang
disyaratkan per bulan.
Untuk menjelaskan perhitungan NPV
akibat dari perubahan kebijakan kredit perusahaan lokus berikut ini adalah
informasi berkaitan dengan perusahaan lokus:
P = Rp50
V = Rp20
Q = 100
Q1= 110
Jika tingkat keuntungan yang
disyaratkan 2% per bulan, apakah perubahan kebijakan kredit perusahaan lokus
menguntungkan ? perusahaan saat ini bekerja masih di bawah kapasitas normal,
sehingga peningkatan produksi dan penjualan tidak berdampak pada biaya tetap.
Penjualan perusahaan lokus sekarang
setiap bulan = P x Q = Rp5.000 dan biaya variabel setiap bulan adalah = v x Q =
Rp2.000
Arus kas dari kebijakan lama =
(P-v) Q
= (Rp50 – Rp20) x 100 = Rp3.000
Jika perusahaan lokus merubah
kebijakan kreditnya, menjadi net 30 hari, maka kuantitas barang yang dijual
meningkat menjadi Q1 =110. Penjualan tiap bulan menjadi P x Q1
dan biaya variabel mejadi v x Q1. Arus kas kebijakan baru akan
menjadi:
Arus kas kebijakan baru = (P-v) Q1
= (Rp50
– Rp20) x 110 = Rp3.300
Incremental arus kas = (P-v) (Q1 - Q)
= (Rp50 – Rp20) (110 -100) = Rp300
Nilai sekarang dari arus kas
incremental adalah:
PV = { (P - v) (Q1 - Q)} / R
= { (Rp50 – Rp20) (110 - 100)} / 0.02
= Rp300 / 0,02 = Rp15.000
Biaya perubahan kebijakan kredit. Ada
dua komponen yang harus dipertimbangkan dalam menghitung biaya dari perubahan
kebijakan kredit: pertama karena penjualan menjadi meningkat dari Q menjadi Q1
, perusahaan harus memproduksi lebih banyak, yaitu Q1 – Q, dan
biaya v (Q1 - Q) = Rp20 (110 - 100) = Rp200,- . kedua, penjualan
yang dapat dikumpulkan menjadi kas pada bulan ini berdasarkan kebijakan
sekarang = P x Q = Rp50 x 100 = Rp5.000 tidak akan bisa dikumpulkan sampai
dengan 30 hari kemudian berdasarkan kebijakan baru. Besarnya biaya perubahan
kebijakan adalah:
Biaya perubahan kebijakan = P x Q + v (Q1 - Q)
= Rp5.000 + Rp200 = Rp5.200
NPV dari perubahan kebijakan
adalah:
NPV = - {P x Q + v (Q1 -Q)} + {(P –
v) (Q1 - Q)} / R
= - Rp5.200 + Rp15.000
= Rp9.800
Karena NPV perubahan kebijakan
kredit positif, maka perubahan kebijakan kredit adalah menguntungkan perusahaan
lokus.
Informasi kredit
Jika perusahaan membutuhkan
informasi kredit atas pelanggan, ada sejumlah sumber informasi yang dapat
dimanfaatkan perusahaan, diantaranya:
1.
Laporan keuangan, perusahaan dapat
meminta perusahaan pelanggan untuk menyediakan laporan keuangannya, seperti :
neraca, laporan laba rugi dan sebagainya.
2.
Laporan kredit yang berkaitan dengan
masa lalu pelanggan dalam pembayaran kredit dengan perusahaan lain. Berkaitan
dengan informasi ini, memang hanya sedikit perusahaan yang menjual informasi
historis kredit perusahaan, seperti perusahaan dun & bradstreet, yang
menyediakan data tentang laporan kredit suatu perusahaan.
3.
Bank, bank biasanya memberikan bantuan
kepada perusahaan yang menjadi nasabahnya dalam menyediakan informasi tentang kredit
perusahaan lainnya.
4.
Catatan pembayaran perusahaan pelanggan
dimasa yang lalu.
Tidak ada rumus yang pasti untuk menilai
kemungkinan pelanggan tidak membayar, namun demikian ada lima faktor klasik
yang dikenal dengan five Cs of credit
yang biasanya dievaluasi untuk mengetahui kelayakan pelanggan untuk diberikan
kredit, yaitu:
1.
Character.
Berkaitan dengan niat pelanggan untuk memenuhi kewajibannya.
2.
Capacity.
Berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajinnya sehubungan
dengan kredit yang diterima.
3.
Capital.
Berkaitan dengan kemampuan pelanggan untuk menyediakan modal sendiri.
4.
Colleteral.
Berkaitan dengan jumlah jaminan yang disediakan pelanggan jika gagal untuk
memenuhi kewajibannya.
5.
Conditions. Kondisi
ekonomi secara umum yang memengaruhi bisnis pelanggan.
KEBIJAKAN PENGUMPULAN PIUTANG
Kebijakan pengumpulan piutang
merupakan komponen terakhir dari kebijakan kredit. Hal ini mencakup pemantauan
piutang dan memperoleh pembayaran atas piutang yang telah jatuh tempo.
Pemantauan piutang
Untuk menjaga agar pelanggan
membayar kewajibannya tepat waktu, kebanyakan perusahaan akan memantau piutang
yang telah jatuh tempo. Pertama, perusahaan perlu memerhatikan ACP dari waktu ke waktu. Jika terjadi
peningkatan ACP, maka perlu
mendapatkan perhatian yang lebihserius dari perusahaan. Kedua, perusahaan dapat
menyusun aging achedule, sebagai salah satu alat untuk memantau piutang. Dalam
hal ini piutang diklasifikasikan berdasarkan umur, sebagaimana tampak pada
tabel berikut. Misalkan perusahaan memiliki piutang sebesar Rp100.000.000.
Tabel 6.1 aging schedule
Umur piutang jumlah persentase
terhadap total piutang
0 – 10 hari Rp50.000.000 50%
11 – 60 hari Rp25.000.000 25%
61 – 80 hari Rp20.000.000 20%
Lebih dari 80 hari Rp 5.000.000 5%
Rp100.000.000 100%
Apabila perusahaan menetapkan jangka
waktu kredit 60 hari, berdasarkan tabel tersebut berarti sebanyak 25% dari
piutang telah terlambat pembayarannya. Apakah hal ini merupakan masalah bagi
perusahaan, tergantung pada karakteristik dari perusahaan pelanggan.
Upaya pengumpulan piutang
Dalam upaya melakukan pengumpulan
piutang perusahaan biasanya menempuh langkah-langka sebagai berikut:
1.
Mengirim surat pemberitahuan kepada
pelanggan tentang telah jatuh temponya piutang.
2.
Perusahaan menghubungi pelanggan melalui
telepone
3.
Menugaskan kepada tenaga penagih untuk
melakukan penagihan piutang
4.
Melakukan upaya hukum untuk melakukan
penagihan
MANAJEMEN PERSEDIAAN
Persediaan piutang untuk
mendukung kelancaran produksi dan penjualan pengawasan atas persediaan paa
umumnya tidak secara langsung berada di bawah manajer keuangan tetapi berada di
bawah pengawasan manajer produksi atau manajer pemasaran. Namun demikian
manajer keuangan masih mempunyai kepentingan terhadap besar kecilnya tingkat
persediaan karena manjer keuangan mempunyai tanggung jawab untuk mengendalikan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan secar
keseluruhan. Di samping itu, manajemen persediaan juga mempunyai pengaruh
terhadap siklus perputaran kas.
Manajemen persediaan memfokuskan
pada empat pertanyaan yang pokok yaitu:
·
Berapa unit yang harus dipesan atau diproduksi
pada suatu waktu tertentu?
·
Pada jumlah berapa persediaan sudah
harus dipesan atau diproduksi?
·
Jenis persediaan yang mana
memerlukan perhatian khusus?
·
Dapatkah perubahan biaya persediaan di- hedging?
Biaya persediaan
Tujuan manajemen persediaan adalah
untuk menyediakan persediaan yang diperlukan guna menjamin kelangsungan operasi
perusahaan pada tingkat biaya yang minimal. Untuk itu langkah pertama yang
perlu dilakukan leh manajemen adalah mengidentifikasi semua biaya yang
berkaitan dengan pembelian dan penyimpanan persediaan. Biaya yang berkaitan
dengan persediaan dikelompokkan menjafi:
·
Biaya penyimpanan (carrying costs) yang terdiri atas: biaya modal atas dana yang
terkait pada persediaan, biaya penyimpanan dan penanganan persediaan, biaya
asuransi, pajak atas persediaan, penyusutan atau keausan. Pada umumnya biaya
ini berubah sejalan dengan perubahan jumlah persediaan rata-rata yang
disimpan,. Biaya penyimpanan biasanya dinyatakan dalam presentase tertentu dari
nilai persediaan.
·
Biaya pemesanan (ordering costs), yang terdiri atas : biaya pengiriman order, biaya
pengiriman barang dan penanganannya. Biaya pemesanan jumlahnya tetap pada
setiap kali pemesanan dilakukan.
·
Biaya kebiasaan persediaan (cost of running short), yang terdiri
dari: kerugian penjualan, kehilangan goodwill pelanggan, biaya akibat kemacetan
jadwal produksi.
MODEL ECONOMIC ORDERING QUANTITY (EOQ) DALAM MANJEMEN
persediaan
persediaan penting bagi
perusahaan, tetapi disadari bahwa profitabilitas perusahaan dipengaruhi oleh
besar kecilnya jumlah persediaan yang dimiliki perusahaan. Masalahnya adalah
bagaimana menentukan jumlah persediaan yang optimal. Salah satu pendekatan yang
biasanya dipergunakan adsalah model EOQ
EOQ adalah jumlah persediaan yang harus
dipesan dengan biaya yang minimal. Secara matematik besar kecilnya EOQ dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
EOQ =
Keterangan:
EOQ = jumlah pesanan yang ekonomis
F = biaya pemesanan
S = jumlah penjualan dalam unit tiap
tahun
C = biaya penyimpanan per tahun yang
dinyatakan dalam presentase dari nilai persediaan
P = harga beli per unit persediaan
Model EOQ dapat digambarkan
sebagaimana gambar 6.1
Total
biaya persediaan
Total biaya penyimpanan
Total biaya pemesanan
0 EOQ Jumlah pesanan (Unit)
Gambar 6.1 model
EOQ
Reorder point (titik pemesanan
kembali)
Pada tingkat persediaan berapa
pemesanan harus dilakukan agar barang datang tepat pada waktunya disebut dengan
reorder point (ROP). Reorder point dapat ditentukan dengan
cara sebagai berikut:
ROP = Lt x Q
Keterangan:
ROP = reorder
point
Lt = lead
time (hari, minggu, atau bulan)
Q = pemakaian rata-rata (per hari, per
minggu atau per bulan)
Model EOQ dapat dioperasionalkan dengan asumsi sebagai berikut:
Jumlah penjualan atau kebutuhan
persediaan dalam satu periode dapt diketahui dengan pasti.
·
Biaya penyimpanan per unit per periode
tetap
·
Biaya pemesanan untuk setiap kali pesan
tetap
·
Harga per satuan barang tetap berapapun
jumlah yang dipesan
·
Barang yang dipesan datang pada saat
yang sama sekaligus
·
Barang yang dibutuhkan harus selalu
tersedia di pasar
RINGKASAN
·
Piutang dagang timbul ketika perusahaan
menjual barang atau jasa secar kredit, dan kebaikan penjualan kredit mempunyai
implikasi pada dua aspek, yaitu biaya dan manfaat.
·
Kebijakan kredit menyangkut berapa
komponen, yaitu syarat penjualan (jangka waktu kredit, potongan tunai dan
jangka waktu potongan), analisis kredit (character, capacity, capital,
colleteral dan condition), dan kebijakan penagihan.
·
Besar kecilnya investasi dalam piutang
ditemukan oleh kebijakan kredit yang diterapkan perusahaan, semakin longgar
kebijakan kredit, maka jumlah investasi dalam piutang akan semakin besar, dan
sebaliknya, semakin ketat kebijakan kredit yang doterapkan, maka jumlah
investasi dalam piutang semakin kecil.
·
Dalam mengevaluasi kebijakan kredit
harus selalu dilihat dari dua aspek, yaitu: pertama dampaknya terhadap manfaat
(peningkatan pejualan, atau laba), dan kedua, dampaknya terhadap biaya.
Kebijakan kredit dianggap layak dilaksanakan jika manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biaya yang timbul.
·
Manajemen persediaan penting bagi
perusahaan untuk menunjang kelancara operasi perusahaan. Melalui pengadaan
jumlah persediaan dengan biaya yang minimal.
·
Biaya-biaya yang relevan dipertimbangkan
dalam penentuan jumlah persediaan yang optimal adalah biaya penyimpanan, biaya
pemesanan, dan biaya kehabisan persediaan.
LATIHAN
1.
Perusahaan MONIKA, mempunyai penjualan
Rp400 juta tiap tahun. Dengan kebijakan kredit yang diterapkan, sebanyak 50%
(atas dasar penjualan dalam rupiah) dari pelanggan membayar hari ke-10, 40%
membayar pada hari ke-30, dan 10% membayar pada hari ke-40. Perusahaan menerapkan syarat kredit
sebagai berikut: 1/10, net 30. Berdasarkan informasi tersebut
a.
berapa rata-rata hari pengumpulsn
piutang pada perusahaan MONICA?
b.
Berapa besarnya jumlah potongan tunai
(total cash discount) yang harus diberikan perusahaan MONIKA?
2.
Perusahaan VINA, sedang mempertimbangkan
untuk menerapkan kebijakan kredit yang baru. Kebijakan sekarang semua penjualan
hanya dilakukan dengan tunai. Kebijakan yang baru akan mencakup perpanjangan
kredit selama satu periode. Suku bunga sebesar 2% per periode. Berdasarkan
informasi berikut, apakah kebijakan baru sebaiknya dilaksanakan?
Keterangan kebijakn sekarang kebijakan baru
Harga
per unit Rp175.000 Rp175.000
Biaya
per unit Rp130.000 Rp130.000
Penjualan per periode (unit) 1.000 1.100
3.
PT FILTER, sebuah perusahaan distributor
filter udara yang menjual filter kepada pengecer. Perusahaan ini mengimpor
filter dari pabrik di luar negeri. Permintaan filter dari pengecer setiap tahun
mencapai 20.000 unit. Biaya pemesanan sebesar $40 tiap kali pesan dan biaya
penyimpanan $0,10 per filter per tahun. Berdasarkan informasi tersebut anda
sebagai manajer pembelian diminta untuk :
a.
Menentukan berapa jumlah pesanan yang
paling ekonomis (EOQ)?
b.
Berapa besar total biaya persediaan pada
pesanan sebesar EOQ ?
c.
Jika perusahaan mengadakan persediaan
pengaman sebanyak 1.000 unit, berapa total biaya persediaan ?
jawaban latiannya bagaimana kak?
BalasHapusbabylisspro nano titanium | titanium-arts.com
BalasHapusThis material is a perfect example of a plastic polycarbonate binder. titanium chloride Our camillus titanium knife patented Polycarbonate binder titanium muzzle brake works titanium dab tool in titanium price most commercial applications.